Budaya Batak Toba

Bookmark and Share

PUSAKA BATAK TOBA

Rumah Bolon


Rumah adat Batak Toba, berbentuk empat persegi panjang dan kadang dihuni 5 - 6 keluarga. Dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang, hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.
Lantai rumah kadang-kadang sampai 1,75 m diatas tanah, dan bagian bawah digunakan untuk berternak. dahulu pintu masuk mempunyai 2 macam daun pintu yang Horinzontal dan Vertikal, tapi sekarang daun pintu yang Horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun berdiam disitu lebih dari 1 keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan, karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat.
Ruangan disudut sebelah kanan disebut Jabu Bong, yang ditempati oleh kepala rumah atau Parjabu Bong, dengan istri dan anak-anak yang masih kecil. Ruangan ini dahulu dianggap ruangan paling keramat. Disudut kiri berhadapan dengan Jabu Bong disebut Jabu Soding diperuntukkan bagi anak perempuan yang telah menikah, tapi belum mempunyai rumah sendiri. Disudut kiri depan disebut Jabu Suhat, untuk anak laki-laki tertua yang sudah kimpoi dan diseberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan bagi tamu. Bila keluarga besar maka diadakan tempat diantara 2 ruang atau Jabu yang berdempetan, sehingga ruangan bertambah 2 lagi dan ruangan ini disebut Jabu Tonga Ronga Ni Jabu Rona.


Parmual - mualan solu bolon



Tempat mayat masyarakat Batak Toba.













Solup


Digunakan untuk mengukur padi, beras dan kacang.








Selendang Sunting Miriam dan Bendera Perang Sisingamangaraja XII



Selendang Tenunan Sunting Miriam (Isteri Sisingamaraja XII) pada waktu ditawan Belanda. Selendang merah ditenun oleh Sunting Miriam untuk mengisi waktu senggangnya sebagai kenang-kenangan atas penderitaan yang dialaminya sampai tahun 1935.
Bendera perang Sisingamaraja XII. Dari catatan sejarah yang ditempel bersebelahan dengan peninggalan Raja Sisingamaraja XII diketahui bahwa Raja memiliki prinsip yang berbeda dengan ayahnya.


Hudon Tano (Periuk tanah)

Periuk dari tanah liat yang digunakan untuk memasak ikan dan sayuran.

  1. HOMBUNG : Peninggalan lama, dibuat dari kayu pinasa, diukir motif gorga Batara Siang. Dipakai untuk tempat harta don barang pusaka lainnya. Hombung ini juga berfungsi sebagai dipan untuk tempat tidur pemiliknya (Kepala rumah tangga).
  2. RUMBI :Bahan dari batang pohon nangka, digunakan untuk tempat harta dan barang pusaka.
  3. SAPA : Sejenis pinggan dari kayu nangka tempat nasi untuk makan bersama (sekeluarga). Istilah Sapa-nganan adalah identifikasi dari keadaan makan bersama dari Sapa, artinya Sapanganan identik dengan kaum kerabat, keluarga dekat.
  4. POTING : Bahannya dari bambu, tali ijuk don rompu hotang digunakan untuk tempat mengambil air dari sumber air untuk persediaan air di rumah.
  5. TABU-TABU : Bahan dari buah labu tutupnya dibuat dari kayu bentuk patung, dulu digunakan untuk tempat air minum dan dewasa ini banyak digunakan sebaqai hiasan.
  6. HUDON TANO : Periuk dari tanah liat yang digunakan untuk memasak ikan dan sayuran.
  7. PARRASAN :Bahan dari baion logen (sejenis pandan) dianyam, digunakan untuk tempat beras.
  8. HADANG HADANGAN (1) : Sejenis tas tangan tempat belanjaan atau barang barang bawaan waktu berpergian. Bahannya dibuat dari baion (login) dianyam secara khusus diberi bertali sehingga praktis untuk di bawa-bawa.
  9. HADANG HADANGAN (2) : Serupa dengan di atas tetapi lebih kecil, digunakan untuk tempat garam.
  10. HAJUT PARDEMBANAN : Dibuat dari daun pandan, dianyam sedemikian indah untuk tempat sirih dan kelengkapannya. biasanya digunakan oleh kaum ibu.
  11. HAJUT-HAJUT : Hajut Pardembanan motif lain dibuat dari daun Pandan Simata dan Kain merah. Berasal dari daerah Angkola.
  12. TEMPAT TEMBAKAU : terbuat dari kayu yang yang tutupnya diukir.
  13. LEANG (1) : Dibuat dari kuningan dan tembaga, diukir dengan motif khusus Singa-Singa, dipakai sebagai hiasan pelengkap kebesaran. Dipakai pada waktu pesta oleh kaum laki-laki.
  14. LEANG (2) : Bahannya dari kuningan, tembaga dan simbora, dipakai oleh kaum ibu waktu pesta-pesta.
  15. GOLANG : Bahan dari kuningan, diukir ragam hias Singa-Singa dipakai oleh kaum Bapak.
  16. SIBONG SITEPAL : Kerabu Batak, dibuat dari kuningan dan emas batak digunakan sebagai penghias telinga oleh kaum ibu dan bapak.
  17. SIBONG OTTOK-OTTOK : Kerabu batak jenis lain dipakai oleh kaum wanita sebagai perhiasan.
  18. SORTALI (1) : Bahan dibuat dari tembaga, disepuh dengan emas batak ditempelkan paada kain merah, dipakai untuk ikat kepala (Mahkota) laki-laki pada pesta-pesta besar.
  19. SORTALI (2) : Serupa dengan Sortali kaum lelaki, tetapi motif ini khusus untuk wanita.
  20. TAGAN : Tempat barang berharga (barang-barang Mas dan Perak) dibuat dari kayu keras (Pokki). Diukir dalam bentuk dan komposisi yang harmonis.
  21. LAGE-TIAR : Dibuat dari “bayon login” = daun pandan, dianyam dipakai untuk alas/tempat duduk don tempat tidur.
Seni Ukir dan uning-uninganSENI UKIR DAN PATUNG GORGA
  1. ULU PAUNG : Bahan dari hariara pulut digorga dalam tiga warna (merah, putih don hitam). Bentuknya termasuk ornamen Raksasa. Ditempatkan dipuncak wuwungan rumah atau sopo. Ulupaung diyakini sebagai lambang keperkasaan dan perlindungan terhadap seisi rumah, sebagai penjaga setan-setan dari luar kampung.
  2. JENGGAR (1) : Hiasan pada bagian tengah tombonan adap-adop dan halang godang. Diyakini mampu mengusir setan yang mau masuk kedalam rumah. Digorga dalam tiga warna dipakai untuk ruma gorga.
  3. SANTUNG SANTUNG : Hiasan vertikal tergantung di ujung dila paung dihias dengan gorga Gaya Dompak sebagai symbol kebenaran dan tegaknya hukum.
  4. GAJA DOMPAK DORPI JOLO (1) (2) (3) (4) : Ditempatkan pada dinding depan (dorpi jolo) fungsinya untuk mengingatkan manusia terhadap tegaknya hukum.
  5. SINGA-SINGA : Salah satu motif singa-singa sopo gorga dibuat dari kayu hariara pulut diberi warna tiga bolit ditempatkan di dinding depan (dorpi jolo) kiri dan kanan. Diyakini sebagai lambang dari wibawa dan symbol keadilan hukum dan kebenaran (duplikat).
  6. TAGANING (1 – 5) : Disebut juga Saridondon, bahannya dibuat dari kayu, rotan dan kulit kambing dipakai untuk pelengkap ogung sabangunan.
  7. OGUNG PONGGORA : Sihutur tolong bahannya terdiri dari perunggu ditempah bulat, ditengah jendul berisi puli (damar) dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).
  8. OGUNG PANGALUSI : Sitapi sindar mata ni ari. Bahannya dan fungsinya sama dengan ogung panggora.
  9. OGUNG DOAL : Serupa dengan diatas, nama lainnya Dori Mangambat.
  10. OGUNG OLOAN : Digunakan untuk pelengkap ogung sabangunan.
  11. SARUNE BOLON : Serunai panjang dibuat dari kayu, dipakai untuk pelengkap musik berat (gondang sabangunan).
  12. GARANTUNG : Bahannya dari kayu ringan dipakai untuk alat musik ringan.
  13. HASAPI : Bahannya dari kayu ringan talinya dari kawat halus atau riman dipakai alat musik ringan (gondang hasapi) don untuk mengiringi lagu.
  14. SARUNE GETEP : Serunai kecil dipakai untuk mengiringi gondang hasapi dan untuk mengiringi lagu.
  15. TULILA : Bahannya dari bambu dipakai untuk alat musik hiburan terutama ditempat sunyi.
  16. SIGALE-GALE : Wayang Batak diperbuat dari kayu di ukir berbentuk mausia dilengkapi tali-temali yang dapat menggerak-gerakkan, menari, manortor mengikuti gondang dengan kemahiran seorang dalang untuk memainkannya. Tortor sigale-gale diadakan dalam upacara ritus pada waktu kematian seseorang yang berusia lanjut, tetapi tidak mempunyai keturunan.Dahulu acara tor-tor seperti ini disebut upacara Papurpur Sapata. Dewasa ini tor-tor sigale-gale lebih merupakan acara hiburan.
Dunia mistis
  1. TUNGGAL PANALUAN: Bahannya dibuat dari kayu tada-tada, diukir berbentuk manusia, cecak, ular, kala jengking dan binatang berbisa lainnya, patung manusia, bagian atas diberi berambut. Tunggal Panaluan disebut Tongkat Sakti, tongkat sihir penolak bala digunakan waktu pesta Satti, Mandudu dan lain lain.
  2. TUNGKOT BALEHAT : Bahan dari kayu tada-tada diukir bentuk patung manusia mengendarai kuda, kadal, ular dan binatang berbisa lainnya. Dipakai untuk tujuan magik oleh para datu.
  3. SAHAN (1) (NAGA MORSARANG) : Bahan dari tanduk kerbau diukir disumbat dengan tutup kayu berukir dipakai untuk tempat obat oleh para datu, motif toba.
  4. SAHAN (2) (SIBIAKSA) : Sahan motif Samosir, fungsinya soma dengan Sahan, motif Toba.
  5. PISO HALASAN (1) : Bahan dibuat dari besi, suhulnya (gagang) dari tanduk Rusa, Sarong dari kayu dilapis dengan kulit ekor kerbau, Dipakai untuk menyembelih kerbau waktu pesta gondang Sarimatua, Piso Halasan juga digunakan sebagai lambang kebesaran bahwa pemiliknya telah pernah mengadakan pesta besar, mangalahat horbo diiringi gondang Sabangunan. Piso Halasan biasanya disandang dan dikepit di lengan kiri dalam pakaian adat lengkap.
  6. PISO HALASAN (2) : Gagangnya dari tanduk, pisau dari besi baja, sarangnya dari kayu dilapis kulit ekor kerbau pada ujung sarong dibuat tanduk berukir. Fungsinya soma dengan Piso Halasan (1).
  7. SAHAN (3) : Sahan kecil dari tanduk kambing diukir disumbat dengan patung kayu, digunakan oleh datu untuk tempat pupuk.
  8. SONDI : Dibuat dari kayu berukir singa-singa ditunggangi oleh manusia badan berbentuk tabung berukir dari tanduk kerbau. Digunakan untuk tempat pupuk oleh datu.
  9. GUCI PARPAGARAN : Bahan dibuat dari keramik baker dibuat tempat pagar pelindung keluarga dari marabahaya.
  10. HAJO: Guci dibuat dari bahan keramik (tembikar) dipakai sebagai tempat air atau tuak
  11. PATUNG DEBATA IDUP LAKI-LAKI (1) : Duplikat, bahan dibuat dari kayu nangka. Dahulu patung jenis ini sengaja dibuat sebagai perwujutan dari Debata idup (Mulajadi Nabolon silehon hangoluan) dianggap sebagai pelindung bagi kelompok atau marga pembuatnya. Dewasa ini patung jenis ini juga tetap dibuat namun telah berobah fungsi menjadi sejenis hiasan.
  12. PATUNG DEBATA IDUP PEREMPUAN (2) : Duplikat, pasangan dari patung Debata Idup Laki-laki.
  13. PATUNG DEBATA IDUP (3) : Motif lain dari patung Debata idup.
  14. PATUNG AJIDONDA SILINDUAT : Jenis lain dari patung Debata idup Dua buah, patung laki-laki dan wanita dirangkai menjadi satu digunakan untuk upacara magic.
  15. PATUNG SIHARHARI : Terdiri dari dua buah patung kayu laki-laki dan perempuan dirangkai menjadi satu digunakan dalam upacara magic.
  16. TIGA BOLIT : Dibuat dari kain berwarna merah putih dan hitam, dipilin menjadi satu. Dipakai oleh datu sebagai tali-tali.
  17. BONANG MANALU : Bahannya dari benang merah putih dan hitam, biasanya dipergunakan sebagai jimat setelah diberi mantera oleh datu (dukun).
  18. GURI-GURI SIBOANON : Bahan dari porselen digunakan te mpat pagar / Mascot untuk dibawa-bawa.
  19. GURI-GURI TAOR (1) : Bahan dari porselen dipakai untuk tempat taor didalam rumah.
  20. GURI-GURI PARMIAHAN : Guri-Guri tempat pupuk.
  21. PATUNG SITOLU : Bahan dibuat dari kayu dipahat berbentuk tiga manusia menyatu, kemungkinan merupakan gambaran dari tri tunggal mulajadi.
  22. PATUNG SIDUA SAIHOT : Patung kayu dirangkai dengan tali ijuk kemungkinan adalah motif lain dari Debata idup.
  23. BULU SONDI : Jenis lain dari tabung bambu tempat ramuan obat-obatan.
  24. SALUNG : Dibuat dari bambu dipakai untuk tempat minum ramuan obat-obatan.
  25. TOPENG (1) : Bahannya dari kayu dipakai waktu tari topeng ketika pesta turun.
  26. SONDI TANDUK : Bahannya dari tanduk dan kayu diukir dan dipahat bentuk patung manusia mengendarai hoda-hoda. Dipakai untuk tempat pupuk.
  27. SONDI TANDUK : Bahan dari tanduk rusa berukir tutupnya dari kayu dipahat bentuk patung hoda-hoda, digunakan sebagai tempat pupuk.
  28. POHUNG (1) : Bahannya dari batu, dipahat bentuk manusia Digunakan sebagai patung penjaga kebon setelah diisikan pupuk kedalamnya
  29. PANGULU BALANG : Patung batu digunakan sebagai penjaga kampung dari niat jahat orang lain, biasanya ditempatkan di benteng (parik ni huta).
  30. PATUNG HODA-HODA : Bahannya dari kayu keras, dahulu dibuat sebagai lambang kenderaan kayangan, tunggangan nenek moyang menuju kayangan. Dewasa ini juga dibuat para seniman tetapi fungsinya telah berubah dari tujuan mistik ke tujuan Dekorasi (hiasan).
Koleksi parbinotoan ( ilmu pengetahuan)
  1. PUSTAHA :Duplikat dibuat dari kulit kayu ulim (laklak) bertuliskan aksara Batak berisi ilmu pengetahuan, kalender, mantera dan lain-lain.
  2. PORHALAAN (1) :Kalender Batak, dari bambu (bambu suraton) Ditulis dalam aksara Batak dilengkapi dengan gambar-gambar symbol dari peredaran bulan, digunakan untuk meramalkan hari baik untuk pelaksanaan pesta adat, langkah rejeki dan sebagainya.
  3. PARHALAAN (2) :Bahan dari bambu, diberi bertutup dari kayu diukir berbentuk patung hoda-hoda. Tabung bambu sekaligus tempat pagar (penangkal) fungsi lain sama dengan Porhalaan (1).
  4. PARHALAAN (3) :Fungsinya sama dengan Porhalaan (2), bahannya dibuat dari tulang kering hewan diberi tutup dari kayu berukir.
  5. BULU PARHALAAN (TONDUNG SAHALA) :Bahannya dari kerat bambu lepas, disusun sedemikian rupa digunakan untuk meramal hari baik.
  6. BULU PARTONAAN :Bahan dari seruas bambu kecil, bertutup bambu, digunakan untuk mengirim surat atau pesan penting.
  7. GARUNG-GARUNG SONDI :Tempat menyimpan surat-surat penting, mantera-mantera don lain lain, dibuat dari seruas bamboo besar berukir halus tutupnya artistik.
  8. RUJI-RUJI BINDU MATOGA :Kalender batak dibuat dari tulang rusuk hewan digunakan oleh datu untuk meramal sesuatu.
Alat menangkap ikan
  1. SOLU JAMBANG :Sampan jenis lain yang lebih besar dari solu lunjup, biasanya dipakai di air yang tidak mengalir (di danau), fungsinya sama dengan solu lunjup dapat dipakai untuk mengangkut dua orang sekaligus.
  2. HOLE :Bahannya dari kayu dipakai untuk alat dayung.
  3. GOLI-GOLI :Dibuat dari kayu (papan) dipakai untuk tempat duduk di dalam sampan.
  4. TAHU-TAHU :Bahannya dari bambu, dipakai untuk membuang air yang masuk kedalam sampan.
  5. BUBU TIRI-TIRI :Bahannya dari bambu digunakan menangkap ikan tiri-tiri (ikan kecil semacam ikon teri).
  6. BUBU JAHIR :Bahannya dari lidi ijuk dan tali riman, digunakan menangkap ikon jahir, pora-pora, undalap don lain-lain.
  7. BUBU IHAN :Bahannya dari lidi ijuk (Tarugit) bentuknya lebih besar, digunakan untuk menangkap ikan yang besar-besar seperti ikan mas, ihan dll.
  8. HERENGAN :Dibuat dari tarugit digunakan untuk menyimpan ikan tangkapan di dalam air agar tetap hidup sebelum dibawa pulang ke darat.
  9. HIRANG-HIRANG (1) :Bahan dari bambu, dianyam digunakan untuk tempat ikan tangkapan terutama jenis ikan-ikan besar.
  10. HIRANG-HIRANG (2) :Bahan dari bambu, dianyam diberi bertali dari tali ijuk digunakan untuk tempat ikan tangkapan direndam dalam air agar ikan tetap hidup.
  11. HIRANG-HIRANG (3) :Bahan dari rotan dianyam berbentuk bulat, digunakan untuk tempat ikan tangkapan” biasanya digantung diikat pinggang.
Alat senjata dan berburu
  1. ULTOP : Bahan dari bambu, peluru dari biji-bijian, biasa dipakai untuk perang-perangan oleh anak-anak muda sebagai senjata, peluru ultop ini biasanya dibubuhi racun.
  2. PULUR : Peluru anak panah dibuat dari tanah liat dikeringkan setelah dibubuhi racun (untuk perang).
  3. PANA :Duplikat busur panah dengan peluru (anak panah) dari bambu atau pakko.
  4. SIOR :Anak panah terbuat dari bambu
  5. HUJUR (1) :dibuat dari besi kuningan dan gagang kayu pakko, dipakai alat berperang. Hujur, dewasa ini juga dipakai untuk berburu.
  6. PARANG :Alat senjata sejenis golok dibuat dari besi.
  7. PALAIT :Jenis lain dari Tombak dipakai sebagai alat senjata dan alat berburu.
  8. HUJUR BULU :Bahannya dari bambu poso pada ujung bagian pangkad diruncingi digunakan untuk menombak (berburu) binatang.
Alat – alat dapur
  1. DALIHAN : Tungku, dibuat dari tanah liat, dibentuk bulat setengah bola. Digunakan untuk landasan periuk tanah dan alat memasak lainnya. Tungku atau dalihan ini biasanya harus tiga buah untuk satu tempat masak dan lima buah untuk dua tempat masak.
  2. LOTING : Bahan terdiri dari besi, batu loting tanduk tempat luluk dari luluk dari pohon enau. Dipakai untuk menyalakan api.
  3. HUDON PANGALOMPAAN : Periuk tempat masak nasi, merebus air minum dibuat dari bahan tanah liat.
  4. SUSUBAN : Periuk tanah bentuk lain tempat memasak ikan.
  5. HADANG-HADANGAN : Bahan dari baion, diayam don diberi bertali, dipakai untuk tempat garam, cabe dan lain se-bagainya (rempah-rempah).
  6. GEANG-GEANG : Dibuat dari anyaman rotan, digunakan untuk tempat ikan ataupun Susuban berisi ikan. Biasanya digantung di dapur agar ikannya aman dari intaian kucing.
  7. SONDUK SEAK : Bahan dibuat dari bambu, tempurung dan rotan fungsinya soma dengan sendok bambu.
  8. SEAK-SEAK BORHU : Bahan dari tempurung kelapa dasar dan tutupnya dibuat bertali (dirompu) digunakan sebagai tempat garam.
  9. POTING : Dibuat dari bambu, diberi tali dipakai untuk mengambil air dari sumber air.
  10. LAGE-LAGE : Tikar kecil dari baion dipakai sebagai tempat duduk didapur untuk tempat makan.
  11. Sambilu “Kulit bambu tipis” : Alat yang digunakan oleh sibaso (Bidan) memotong tali pusat anak yang baru lahir.
  12. PAPENE : Bahan dari kayu keras, digunakan untuk menggiling bumbu masak.
  13. PANUTUAN : Serupa dengan papene tapi lebih besar.
  14. TUTU : Alat menggiling bumbu, terbuat dari batu.
  15. LOSUNG : Terbuat dari kayu dipakai untuk menumbuk sayur-sayuran.
  16. ANDALU : Alat penumbuk (Antan), sebagai pasangan lesung dibuat dari kayu bulat dan keras.
  17. SAPA (2) : Pinggan tempat makanan sekeluarga, dibuat dari kayu nangka bentuk berkaki.
  18. PARANG : Bahan dari besi dipakai untuk pisau dapur.
Alat tenun dan tradisional
  1. BUSUR HAPAS : Dibuat dari bambu berbentuk busur panah (Sumbia) Digunakan untuk membusur kapas, mengembangkan dalam kondisi merata agar mudah dijadikan benang dengan sorha.
  2. SORHA TANGAN : Bahan terbuat dari kayu, papan dan besi (Kawat). Digunakan untuk memintal benang dari kapas. Roda pemintal degerakkan dengan tangan.
  3. SORHA PAT (1) : Bahan dari kayu, papan dan besi digunakan untuk memintal’ benang dari kapas, Roda pemintal digerakkan dengan kaki. Dipakai pada jaman pendudukan Tentara Jepang di Tapanuli.
  4. SORHA PAT (2) : Motif lain dari Sorha. Banyak digunakan pada jaman pendudukan tentara Jepang di Tapanuli Utara (Tanah Batak).
  5. PANGUNGGASAN : Dibuat dari bambu, fungsinya untuk menegangkan memadatkan benang. Diolesi dengan campuran air tajin dan nasi lembek.
  6. UNGGAS : Bahan- terbuat dari ijuk digunakan untuk mengoleskan kanji (air tajin dan. nasi lembek) untuk menegangkan benang.
  7. SOSA : Alat membuat gatip-gatip pada motif ulos. Bahan terdiri dari Seak-seak (tempurung kelapa) bahan pewarna dan bulu ayam.
  8. ANIAN : Bahan dari kayu jion dan pakko, digunakan untuk merakit benang sebelum ditenun.
  9. TUNDALAN (PAMUNGGUNG) : Bahan dari kayu nangka dipakai untuk sandaran pinggul waktu bertenun.
  10. TALI PAPAUT : Bahan dari tali ijuk dipakai waktu bertenun, fungsinya untuk menghubungkan panunggung de-ngan Pagabe.
  11. PAGABE : Bahannya dari pakko, digunakan menjepit benang tenun sekaligus pemegang benang.
  12. BALIGA : Bahan dari pelepah daun enau (hodong) digunakan untuk memapatkan benang tenunan.
  13. TURAK : Bahannya dibuat dari bambu dipakai untuk menghantar benang sirat kain tenunan.
  14. HASOLI : Dibuat dari lidi, digunakan untuk gulungan benang sirat didalam turak.
  15. SOKKAR : Bahannya dari kulit hodong (ruyung) kedua ujungnya dibuat runcing, digunakan untuk menegangkan benang guna mengatur pola tenunan.
  16. HATULUNGAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk pemisah benang tenun, mengatur pola dan baris-baris benang.
  17. HAPULOTAN : Bahan dari kayu, fungsinya untuk mengatur benang tenun supaya tidak simpang siur.
  18. BALOBAS : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk merapikan benang yang akan ditenun.
  19. LILI : Dibuat dari ruyung, digunakan untuk mengatur corak warna kain tenunan.
  20. PAMAPAN : Bahannya dari ruyung, digunakan untuk gantyungan benang yang ditenun.
  21. SITADOAN : Bahan dari kayu, digunakan untuk landasan kaki waktu bertenun.
  22. BALIGA SIRAT : Bahan dibuat dari pakko, digunakan untuk merapatkan (memapatkan) benang pada ujung kain ulos yang telah siap ditenun bersisikan rambu.
ALAT-ALAT PERTANIAN
  1. ANSUAN : Bahan dari batang pohon enau (pakko) dipakai untuk mengolah tanah sawah pada tahap permulaan (sebagai cangkol).
  2. ORDANG : Bahan terbuat dari pakko, digunakan untuk alat melobong tanah untuk tempat benih padi ditanami, biasanya di lahan kering dengan tanah keras.
  3. PANASAPI : Gagang dibuat dari pakko mata dari tulang sasap (belikat) kerbau, dipakai untuk membersihkan dan meluruskan pematang sawah.
  4. PANGALI :Gagang dibuat dari kayu mata dari besi, dipakai untuk menggali tanah disamping fungsi lain seperti Panasapi.
  5. SORHA-SORHA : Bahannya dari pakko, kayu, dipakai untuk perlengkapan membajak sawah jika menggunakan seekor kerbau.
  6. AUGA : Bahannya dari kayu dan pakko, perlengkapan membajak sawah dengan menggunakan duo ekor kerbau.
  7. NINGGALA : Dibuat dari kayu jior dan pakko, dipakai alat membajak/ menggemburkan tanah ditarik oleh kerbau.
  8. SISIR : Dibuat dari kayu, pakko dan bambu, digunakan untuk menggemburkan tanah dalam proses lanjutan setelah siap dibajak.
  9. TOPPI : Bahan dibuat dari Rotan, dianyam digunakan untuk mengikat leher kerbau waktu membajak/ menyisir sawah.
  10. HUNDALI :Terbuat dari kulit kerbau biasanya dari bagian leher. Digunakan untuk mengikat Ninggala/Sisir dengan sorha atau auga waktu membajak sawah.
  11. TEAL-TEAL : Bahan dibuat dari pakko dan kayu digunakan untuk kendali kerbau waktu membajak.
  12. BATAHI (1) : Dibuat dari bambu digunakan sebagai cambuk pemukul kerbau.
  13. GAIR-GAIR SITOLU RAJA : Gair-Gair bermata tiga dibuat dari pakko dilengkapi dengan mata besi, digunakan untuk menggemburkan tanah.
  14. TALI HOTANG : Bahan dari ijuk pada kedua ujungnya terdapat duo buah tuhe dari bambu digunakan untuk menentukan atau meluruskan pematang sawah.
  15. ROGO PANDABUI : Tangkainya dibuat dari pakko, dan matanya dari kayu untuk meratakan permukaan sebelum ditanami bibit padi.
  16. GURIS :Terbuat dari kayu dan besi dipakai untuk menyiangi sawah.
  17. HARANG :Sejenis keranjang dibuat dari kulit bambu, digunakan untuk tempat membawa abu dapur atau-pupuk kandang ke sawah untuk memupuk tanaman.
  18. HIRANG : Serupa dengan Harang tapi lebih kecil, biasanya dibawa sekaligus dua buah dengan memakai pikulan atau Hallungan.
  19. OTAM SAMBILU :Terbuat dari kulit bambu (Sembilu) dipakai untuk alat menuai padi, alat ini tidak dipakai lagi dewasa ini.
  20. SASABI RAHAT : Bahan dibuat dari besi dengan gagang dari kayu tidak dapat dilipat.
  21. AMPANG PARMASAN :Bakul tradisionil Batak Toba terbuat dari rotan, dianyam, isi sekitar 20 liter, digunakan untuk takaran padi. Ampang jenis ini juga digunakan dalam upacara-upacara adat.
  22. AMPANG PAPALIAN : Ampang jenis lain dengan isi sekitar 16 liter digunakan untuk upacara-upacara adat seperti tempat padi dan sijogaron pada upacara kematian orang-orang tua yang sudah beranak, bercucu.
  23. PARRASAN : Tempat padi atau beras dibuat dari bayon (sejenis pandan) dianyam. Isi sekitar 3 Kaleng ( 60 ltr).
  24. ANDOK-ANDOK :Serupa dengan parrasan tapi kecil isi sekitar 1 Liter, biasanya digunakan tempat nasi (tugo) ke ladang atau waktu berpergian.
  25. SOLUP : Terbuat dari bambu, sebagai takaran padi, atau beras.. Ukuran isi sekitar 2 ltr. Solup tidak sama besarnya, jika terjadi suatu transaksi yang dipakai adalah Solup yang didatangi. Dalam hal ini ada ungkapan adat “Sidapot Solup do naro” artinya kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita berada.
  26. SAKKAK : Songkok ayam dibuat dari bambu, untuk tempat ayam bertelor dan mengeram.
  27. SAKKAK HERENGAN : Songkok jenis lain dan lebih besar. Dipakai untuk tempat ayam yang baru menetas agar terhindar dari sambaran burung elang.
  28. SUNUT :Tempat anak ayam dari bambu yang dianyam.
  29. TEKTEK PAMBALBAL : Sejenis palu dari kayu ringan digunakan untuk membalbal (memukul-mukul) miang bagot ( pohon aren) untuk mendapatkan nira atau tuak.
  30. HAJO : Tempayan tempat tuak dibuat dari tembikar.
  31. SEAK-SEAK ( BOKKOR ) : Bahan dari tempurung kelapa digunakan untuk cangkir tuak.
  32. TAKKIK :Sejenis tukil (pahat) alat melobang pohon kemenyan untuk mengambil getah kemenyan.
  33. GURIS HAMINJON : Dibuat dari besi dengan gagang kayu untuk mengambil getah kemenyan.
  34. PARANG : Terbuat dari besi digunakan untuk bermacam-macam keperluan pertanian.


Ulos Batak Toba

Ulos Batak Toba ini adalah satu dari beraneka macam Ulos Batak Toba yang ada.
Ulos adalah hasil peradaban masyarakat Batak pada kurun waktu tertentu. Menurut catatan beberapa ahli ulos sudah dikenal masyarakat Batak pada abad ke-14 sejalan dengan masuknya alat tenun tangan dari India. Jadi sebelum masa itu masyarakat Batak Toba Ulos masih mengenakan cawat kulit kayu atau tangki.




Jenis Ulos Batak Toba

I. Ulos Antak-Antak

Dipakai selendang orang tua melayat orang meninggal, dan dipakai sebagai kain dililit/ hohop hohop waktu acara manortor.

II. Ulos Bintang Maratur

Ulos ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya didalam acara-acara yakni: Diberikan kepada anak yang memasuki rumah baru oleh orang tua, kalau diadat Toba Ulos ini diberikan waktu selamatan Hamil 7 Bulan oleh orang tua, tetapi lain halnya kalau di Tarutung Ulos ini yang diberikan waktu acara suka cita (“gembira”), Ulos ini juga diberikan kepada Pahompu yang baru lahir, parompa walaupun kebanyakan kasih mangiring apalagi yang maksudnya agar anak yang baru lahir diiringi anak selanjutnya, kemudian ulos ini dipakai untuk pahompu yang dibabtis dan juga dipakai untuk sebagai selendang.

III. Ulos Bolean

Ulos ini dipakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.

IV. Ulos Mangiring

Ulos ini dipakai selendang, Tali-tali, juga Ulos ini diberikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang dimaksud sebagai Simbol keinginan agar sianak diiringi anak yang seterusnya, bahkan Ulos ini dapat dipakai sebagai Parompa.

V. Ulos Padang Ursa

Dipakai sebagai Tali-tali dan Selendang.

VI. Ulos Pinan Lobu-Lobu

Dipakai sebagai Selendang.

VII. Ulos Pinuncaan

Ulos ini sebenarnya terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah yang kemudian disatukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu Ulos yang kegunaannya antara lain:
Ulos ini dapat dipakai berbagai keperluan acara-acara duka cita atau suka cita, dalam acara adat ulos ini dipakai/ disandang oleh Raja-Raja Adat maupun oleh Rakyat Biasa selama memenuhi pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat suhut sihabolonon/ Hasuhutonlah (“tuan rumah”) yang memakai ulos ini, kemudian pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran, ulos ini juga dipakai/ dililit sebagai kain/ hohop-hohop oleh keluarga hasuhuton, dan Ulos ini sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan.

VIII. Ulos Ragi Hotang

Ulos ini biasa diberi kepada sepasang pengantin yang disebut sebagai Ulos Hela.

IX. Ragi Huting

Ulos ini sekarang sudah Jarang dipakai, konon jaman orang tua dulu sebelum merdeka, anak-anak perempuan pakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari dililit didada (Hoba-hoba), dan kemudian dipakai orang tua sebagai selendang apabila bepergian.

X. Ulos Sibolang Rasta Pamontari

Ulos ini kalau jaman dulu dipakai untuk keperluan duka dan suka cita, tetapi pada jaman sekarang ini sibolang bisa dikatakan symbol duka cita, dipakai juga sebagai Ulos Saput (yang meninggal orang dewasa yang belum punya cucu), dan dipakai sebagai Ulos Tujung (Janda/Duda yang belum punya cucu), dan kemudian pada peristiwa duka cita Ulos ini paling banyak dipergunakan oleh keluarga dekat.

XI. Ulos Sibunga Umbasang dan Ulos Simpar

Dipakai sebagai Selendang.

XII. Ulos Sitolu Tuho

Ulos ini dipakai sebagai ikat kepala atau selendang wanita.

XIII. Ulos Suri-suri Ganjang

Dipakai sebagai Hande-hande pada waktu margondang, dan dipergunakan sebagai oleh pihak Hula-hula untuk manggabe i borunya karena itu disebut juga Ulos gabe-gabe.

XIV. Ulos Ragi Harangan

Pemakaiannya sama dengan Ragi Pakko.

XV. Ulos Simarinjam Sisi

Dipakai sebagai kain, dan juga dilengkapi dengan Ulos Pinuncaan disandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani yang memakai ini satu orang paling depan.

XVI. Ulos Ragi Pakko

Dipakai sebagai selimut pada jaman dahulu dan pengantar wanita yang dari keluarga kaya bawa dua ragi untuk selimut yang dipergunakan sehari-hari, dan itu jugalah apabila nanti setelah tua meninggal akan disaput pakai Ragi ditambah Ulos lainnya yang disebit Ragi Pakko lantaran memang warnanya hitam seperti Pakko.

XVII. Ulos Tumtuman

Dipakai sebagai tali-tali yang bermotif dan dipakai anak yang pertama dari hasuhutan.

XVIII. Ulos Tutur-Tutur

Dipakai sebagai tali-tali dan sebagai Hande-hande yang sering diberikan oleh orang tua sebagai Parompa kepada cucunya.

Maka dari jenis dan fungsi Ulos ini, disebut pengenalan jati diri orang batak sesuai Budaya dan Adatnya, dan orang Batak dikenal dari Ulos yang disandangnya, sian Tortornya bahkan dari Tungkot na.


TOR-TOR


Tor-tor adalah tarian yang gerakannya seirama dengan diiringi musik ( magondangi ) yang dimainkan dengan alat-alat musik tradisional.

Menurut sejarahnya tari Tor-tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh, dimna roh tersebut dipanggil dan " Masuk " ke patung-patung batu ( merupakan simbol dari leluhur ), lalu patung tersebut beergerak seperti menari. Gerakan tersebut meliputi gerakan kaki ( jinjit-jinjit ) dan gerakan tangan.


Jenis Tor-tor

Berawal dari sebuah mimpi seorang raja batak keturunan GURU TATEA BULAN, di kawasan Desa Sianjur Mula-mula, Puncak Pusuk Buhit, Kabupaten Samosir. Dalam mimpinya, sang raja bermimpi bahwa kawasan pegunungan pusuk buhit tempat keturunan pertama si raja batak akan runtuh, sehingga, akibat mimpi tersebut sang raja pun terus menerus gelisah.
Kemudian sang raja memerintahkan Panglimanya (PANGLIMA ULUBALANG) agar memanggil seorang ahli nujum yang bergelar GURU PANGATIHA untuk menanyakan arti mimpinya. Namun sang Guru Pangatiha mengaku tidak tahu arti mimpi sang raja, akan tetapi Guru Pangatiha meminta supaya raja menggelar sebuah acara ritual yang dinamakan acara membuka debata ni parmanukon atau membuka tabir mimpi.
Oleh Guru Pangatiha, kemudian meminta sang raja agar acara membuka tabir mimpi ini dilaksanakan sebelum bulan purnama tiba atau dalam bahasa batak disebut BULAN SAMISARA. Akan tetapi, untuk membuka tabir mimpi itu jelas-jelas tidak dapat terpenuhi, akan tetapi untuk menangkis hal-hal buruk yang akan terjadi ke daerah kekuasaannya, GURU PANGATIHA menghimbau agar sang raja memanggil seorang sibaso atau dukun perempuan, dimana dukun perempuan yang diyakini masih gadis itu bergelar SIBASO BOLON PANURIRANG PANGARITTARI.
Selanjutnya, oleh dukun perempuan tersebut bersama enam gadis lainnya datang memenuhi panggilan raja untuk membersihkan daerahnya dari mara bahaya, ketujuh gadis tersebut kemudian menari sambil menjingjing sebuah mangkuk atau cawan dikepala masing-masing dengan diiringi alunan musik gondang batak. Dengan tarian barbau mistis, ketujuh gadis itupun menari-nari sambil menyiramkan air dalam sawan/cawan keseluruh arah penjuru desa. Hal ini dimaksudkan untuk mengusir roh-roh jahat yang akan masuk kewilayah kekuasaan raja.

Perlu diketahui, bahwa SIBASO BOLON PANURIRANG PANGARITTARI menari dengan ikat kepala terbuat dari benang tiga warna (merah,hitam dan putih) dan pengikat lain dikitar tubuh (Tidak disebutkan).
Saat ini, entah siapa yang memulai, Tari Tor-tor sawan digelar dengan cara meletakkan 7 (tujuh) cawan masing-masing satu dikepala, masing-masing satu dipundak kanan dan kiri, dan masing-masing dua disetiap lengan sambil menari.
Namun yang aslinya tidaklah demikian adanya menurut sumber dari penulis. Dimana yang sebenarnya terjadi, penari sawan ada tujuh gadis yang dipimpin SIBASO BOLON PANURIRANG PANGARITTARI dan enam gadis lainnya dan masing-masing menjinjing sawan/cawan dikepala.

II. Tor-tor Pangurason ( Tari Pembersihan )

Digelar pada saat pesta besar yang mana lebih dahulu dibersihkan tempat atau lokasi pesta sebelum pesta dimulai agar jauh dari mara bahaya dengan menggunakan Jeruk Purut.

III. Tor-tor Tunggal Panaluan

Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah, maka Tunggal Panaluan ditarik oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab " Tongkat Tunggal Panaluan " adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua Atas, Benua Tengah dan Benua Bawah.



ALAT MUSIK BATAK TOBA


Menurut Cara Pemakaiannya
  • Aerophone (Alat musik yang ditiup)
  1. Sarune na met-met
  2. Sulim
  3. Sordam
  4. Tulila
  5. Tataloat
  6. Salung
  7. Along-along
  • Chordophone (Alat musik yang dipetik)
  1. Hasapi
  2. Tanggetong atau mengmong
  3. Sidideng
  • Idiophone (Alat musik yang dipukul)
  1. Garantung
  2. Saga-saga
  3. Jenggong
  4. Hesek
  • Membranophone (Alat musik yang terbuat dari kulit binatang)
  1. gardap


Ansambel musik gondang


Gondang Sabangunan

Gondang sabangunan dalam masyarakat Batak Toba artinya menunjuk seperangkat alat musik (instrumen) tradisional yang dipergunakan pada saat menari (manortor) dalam suatu upacara.
Instrumen gondang sabangunan disebut juga ‘parhohas na ualu’ (delapan perangkat). Disebut delapan karena mempunyai makna penting dalam pemahaman Batak, merujuk pada delapan mata angin (desa na ualu).
Gondang sabangunan biasanya dimainkan diluar rumah . Gondang sabangunan terdiri dari sarune bolon, taganing, gordang, empat gong disebut ogung dan hesek . musik dari gondang sabangunan ini pada umumnya dimainkan dalam tempo yang cepat.

Sarune Bolon

Sarune Bolon adalah alat tiup double reed terbuat dari kayu yang memainkan melodi dari suatu lagu. Sarune berfungsi sebagai alat untuk memainkan melodi lagu yang dibawakan oleh taganing.

Taganing

Taganing adalah perlengkapan terdiri dari lima kendang berbentuk silinder, dipukul dengan kayu . instrumen ini memiliki tanggung jawab dalam penguasaan repertoar dan memainkan melodi bersama-sama dengan sarune.. Tangga nadanya hampir sama dengan tangga nada diatonis dalam musik barat yaitu : do, re, mi, fa, sol .

Ogung

Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing mempunyai peran dalam struktur irama. Ogung Oloan mempunyai fungsi sebagai instrumen ritme konstan, yaitu memainkan iringan irama lagu dengan model yang tetap.

Gordang

Gordang ini berfungsi sebagai instrumen ritme variabel, yaitu memainkan iringan musik lagu yang bervariasi .

Hesek

Hesek ini berfungsi menuntun instrumen lain secara bersama-sama dimainkan. Tanpa hesek, permainan musik instrumen akan terasa kurang lengkap. Walaupun alat dan suaranya sederhana saja, namun peranannya penting dan menentukan.


Gondang Hasapi (uning-uningan)

Gondang Hasapi yang biasanya dimainkan dalam rumah. Pada zaman dahulu uning-uningan berfungsi sebagai alat untuk memanggil roh, fungsi lainnya adalah sebagai alat komunikasi antara manusia dengan Sang Pencipta (Mula Jadi na Bolon).

Gondang Hasapi terdiri dari :

Hasapi ende

sejenis gitar kecil mempunyai dua tali memainkan melodi

Hasapi doal

sejenis gitar kecil mempunyai dua tali memainkan pola irama

Sarune etek

alat musik tiup yang menganbil peran sarune bolon

Sulim

sejenis sulim terbuat dari bambu mempunyai selaput kertas yang bergetar

Garantung

sejenis gambang kecil yang menganbil peran taganing

Hesek

alat perkusi yang menguatkan irama, biasanya dipukul dengan sendok atau pisau



UPACARA ADAT BATAK TOBA


  • Mangganje (Kehamilan)
  • Mangharoan (Kelahiran)
  • Martutu Aek dan Mampe Goar (Permandian dan Pemberian nama)
  • Marhajabuan (Menikah)
  • Mangompoi jabu (Memasuki Rumah)
  • Manulangi (Menyulangi/Menyuapi)
  • Hamatean (Kematian)
  • Mangongkal Holi (Menggali Tulang Belulang)
  • Horja Bius (Pemberian Marga)



Artikel Terkait




Share

Digg Google Bookmarks reddit StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

 
TANGGU RAJA PARDEDE | HARLEN PARDEDE | PARDEDE Template™